JAKARTA, - Kelomang? Mungkin ada kata lain yang biasa Anda gunakan untuk menyebut hewan yang satu ini.
Kelomang juga biasa dikenal dengan umang-umang atau pong-pongan yang dalam bahasa Inggris disebut dengan hermit crab.
Di
Indonesia, kelomang sendiri dapat dengan mudah kita temui bahkan
mungkin ada beberapa di antara kita yang pernah mengkonsumsinya.
Seorang
ilmuwan oseanologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr.
Ir. Dwi Listyo Rahayu berhasil melakukan klasifikasi berbagai jenis
kelomang yang ada di laut Indonesia.
Ia berkesempatan memaparkan
hasil penelitiannya itu dalam orasi pengukuhan profesor riset LIPI yang
dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 di Auditorium LIPI, Jakarta.
Dalam sistematika hewan, Infraordo anomura atau
hewan yang memiliki bentuk tubuh bagian belakang yang tidak simetris
itu, terdiri atas tujuh supersuku, 17 suku, 264 marga, dan 2.470 jenis,
dan 54 persen dari jumlah tersebut dikuasai oleh kelomang.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dipaparkan dalam orasinya, kelomang memiliki
sepuluh kaki. Sepasang kaki depannya selalu berbentuk capit yang
berfungsi untuk memegang atau menyerang mangsanya, kaki kedua dan
ketiganya berfungsi sebagai organ untuk bergerak, kaki keempat dan atau
hanya kaki kelima mengecil dan ujungnya juga berbentuk capit kecil.
Kedua
pasang kaki terakhir ini memiliki bulu yang lebat dan berfungsi untuk
membersihkan tubuhnya, terutama insang dan telur pada betina.
Saat
bermetamorfosis, larva kelomang berubah menjadi bentik dan mencari
cangkang keong yang kosong untuk digunakan sebagai tempat tinggalnya.
Kelomang hidup di perairan tropis, subtropis, maupun dingin di darat sampai di laut dalam.
Kelomang
merupakan hewan yang unik karena memiliki beberapa tingkah laku yang
berbeda-beda saat mereka saling bertemu satu sama lain.
Ada tiga macam tingkah laku sosial kelomang jika bertemu, yakni mereka akan saling mengabaikan, kawin, atau berkelahi.
Biasanya
kelomang akan berkelahi untuk memperebutkan cangkang yang lebih baik.
Jika ada cangkang milik kelomang lain yang lebih bagus, kelomang akan
berusaha untuk merebut dan memilikinya.
"Jumlah kelomang yang
sudah ditemukan saat ini tergolong sedikit karena kurangnya eksplorasi
di berbagai habitat dan ekosistem," kata Dwi Listyo Rahayu dalam
orasinya.
Menurut Rahayu, saat ini dunia menghadapi penurunan
keanekaragaman jenis biota laut akibat terjadinya perubahan lingkungan,
baik yang karena aktivitas manusia maupun perubahan kondisi alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar